Jakarta – Sensor EOT (Engine Oil Temperature) dan ECT (Engine Coolant Temperature) merupakan komponen penting dalam sistem mesin mobil. Kedua sensor ini bertugas memantau suhu oli mesin dan suhu cairan pendingin. Ketika salah satu atau kedua sensor ini rusak, hal tersebut dapat berdampak serius pada performa dan umur mesin.
Akibat Kerusakan Sensor EOT
Sensor EOT bertanggung jawab mengukur suhu oli mesin dan mengirimkan informasi tersebut ke Engine Control Unit (ECU). ECU kemudian menggunakan data ini untuk mengatur waktu pengapian, injeksi bahan bakar, dan operasi sistem pelumasan.
Apabila sensor EOT rusak, ECU tidak akan menerima informasi yang akurat tentang suhu oli mesin. Akibatnya, waktu pengapian dan injeksi bahan bakar dapat terganggu, menyebabkan penurunan performa mesin dan konsumsi bahan bakar yang meningkat.
Selain itu, kerusakan sensor EOT dapat membuat sistem pelumasan tidak berfungsi dengan baik. ECU tidak akan dapat mengontrol tekanan oli yang optimal, yang dapat menyebabkan keausan berlebihan pada komponen mesin. Dalam kasus yang parah, kerusakan sensor EOT dapat berujung pada kemacetan mesin.
Akibat Kerusakan Sensor ECT
Sensor ECT berfungsi mengukur suhu cairan pendingin dan mengirimkan informasi tersebut ke ECU. ECU kemudian menggunakan data ini untuk mengatur operasi sistem pendinginan, termasuk mengontrol kecepatan kipas radiator dan aliran cairan pendingin.
Ketika sensor ECT rusak, ECU tidak akan menerima informasi yang tepat tentang suhu cairan pendingin. Akibatnya, sistem pendinginan dapat terganggu, menyebabkan mesin menjadi overheat.
Mesin yang overheat dapat mengalami berbagai masalah, mulai dari penurunan performa hingga kerusakan permanen. Kerusakan gasket kepala silinder, melengkungnya kepala silinder, dan kegagalan bearing adalah beberapa konsekuensi yang dapat ditimbulkan oleh mesin yang overheat.
Gejala Kerusakan Sensor EOT dan ECT
Berikut adalah beberapa gejala yang dapat mengindikasikan kerusakan sensor EOT atau ECT:
- Sensor EOT:
- Lampu peringatan mesin menyala
- Penurunan performa mesin
- Konsumsi bahan bakar yang meningkat
- Kebisingan mesin yang berlebihan
- Sensor ECT:
- Lampu peringatan mesin menyala
- Mesin overheat
- Kipas radiator menyala berlebihan
- Asap putih keluar dari knalpot
Mengatasi Kerusakan Sensor EOT dan ECT
Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, penting untuk segera memeriksakan mobil ke bengkel terpercaya. Mekanik akan menggunakan alat diagnostik khusus untuk menentukan apakah sensor EOT atau ECT rusak.
Penggantian sensor EOT atau ECT adalah prosedur yang relatif mudah dan cepat. Biaya penggantian tergantung pada jenis mobil dan lokasi bengkel. Namun, biasanya berkisar antara Rp 200.000 hingga Rp 500.000 per sensor.
Tips Mencegah Kerusakan Sensor EOT dan ECT
Untuk mencegah kerusakan sensor EOT dan ECT, ikuti tips berikut:
- Ganti oli mesin dan filter secara teratur sesuai rekomendasi pabrikan.
- Periksa level cairan pendingin secara berkala dan tambahkan jika perlu.
- Hindari penggunaan cairan pendingin yang tidak sesuai dengan spesifikasi mobil Anda.
- Periksa kondisi selang dan klem sistem pendingin secara teratur.
- Jangan biarkan mobil Anda overheat.
Dengan mengikuti tips di atas, Anda dapat membantu memperpanjang umur sensor EOT dan ECT serta menjaga performa mesin mobil Anda secara optimal.